Play To Win ?

 Jika kita sedang bermain, ataukah sedang ikut perlombaan, apa yang menjadi titik utama kita dalam bermain  atau lomba tersebut? Sebagian orang mungkin akan mengatakan untuk menang, jadi juara, ataukah menjadi nomor 1. 

Bermain untuk menang memang tidak salah untuk beberapa permainan, namun ada permainan yang butuh lebih dari kemenangan. Bermain dalam game kehidupan dunia, bisnis, organisasi, komunitas, dan juga beberapa lomba kejuaraan, tidaklah cukup hanya dengan memasang target To Win, karena jika tujuan kita hanya menang (Win), lalu  selanjutnya apa?

Bagaiman ternyata kita kalah dan tidak mencapai kemenangan (Win), apakah berarti kita telah game over?. Maka sebaikanya perlu bagi kita untuk melihat seksama hal ini, tentang di mana kita sedang bermain, dan pola apa yang kita pakai.

Simon Sinek salah satu pakar advertising dan juga influencer di Amerika penulis dari buku The Infinte Game. Dalam buku tersebut Simon Sinek menjelaskan ada 2 tipe permainan yang biasa dilakukan oleh dunia ini "finite game" dan "Infinite game". 

Bisnis yang sama, pertandingan yang sama, organisasi yang sama, bermain dalam arena yang sama, tapi mengapa ada yang tetap bertahan ada pula yang tak pernah lagi muncul, ada yang terus membesar dan ada yang terus terpuruk lalu akhirnya hilang, ada yang pernah berjaya namun kini tak pernah lagi tersohor? Mengapa ini terjadi? Itu karena ada yang bermain dengan finite game dan adalah yang bermain dengan infinite game

Finite game (permainan terbatas), di mainkan oleh orang-orang yang ber-mindset terbatas dan hanya memikirkan tentang menang dan kalah. Biasanya pemain finite game tidaklah peduli dengan what people really need, yang mereka peduli hanyalah tentang produk yang bagus, profit berlimpah, uang, dan hanya mementingkan kemajuaan dirinya sendiri, atau kelompoknya saja, and dont care about people.

Orang-orang yang bekerja pada "finite minded leader" bisa saja tertekan, bekerja tanpa tau the real purpose dari kerjaannya, dan hanya menyelesaikan perintah-perintah. Komunitas dengan finite game ini mungkin akan menang sesaat tapi setelah itu ada penurunan atau mungkin kehancuran.

Infinite game,  permainan yang tidak mengenal batas. Berbeda dar finite game yang  sekedar menang tujuannya, infinite game adalah tentang bagaimana agar permainan ini bisa terus berlangsung, bagaimana agar semua tim bisa berjalan bersama apapun yang terjadi. Infinite game memiliki jargon "People first than Profit".

Infinite game punya zona waktu tidak terbatas, tidak ada garis finis, dan tujuannya hanya terus bisa bermain, agar orang-orang bisa terus menikmati permainan dan membawa manfaat. Leader dengan mindset infinite game akan membawa timnya utk menyadari bahwa yang mereka lakukan adalah sebuah perjalanan (a journey), bukan suatu event untuk menang. 

Yang menggerakkan infinite game ini karena adanya visi yang berbasis pada kepentingan banyak orang, kebermanfaatan untuk banyak orang, bermain bukan sekedar untung tapi utamanya agar orang-orang bisa hidup lebih baik, thats infinite game.

Untuk lebih memperjelas tentang infinite game dan finite game kita akan bahas mengenai Perang Pangeran Diponegoro (Perang Jawa) melawan Belanda. 

Tau akhir perang ini? Iya pangeran Diponegoro dijebak, ditangkap dan diasingkan oleh  penjajah Belanda licik. Saking takutnya dengan Pangeran Diponegoro, Belanda mengasingkan Pangeran jauh dari tanah jawa hingga akhirnya ke Makassar. Walaupun berhasil menangkap Pangeran Dipenogoro dan peperangan berhenti, Belanda tidaklah sama sekali menang karena mereka mengalami kerugian besar akibat perang gerilya ini. Belanda kehilangan sekitar 15.000 pasukan, yang ada di seluruh indonesia, dan perang yang berlangsung selama 5 tahun ini menghabiskan finansial Belanda sebanyak 20 juta gulden, atau setara hari ini dengan 160-an milyar Rupiah. 

Perang ini berlangsung akibat banyaknya kesewenang-wenangan Belanda di tanah jawa, dan ikut campurnya mereka dalam urusan agama dan keraton, orang-orang menderita begitu parah, melihat hal ini Pangeran Dipenogoro menghimpun sekian banyak pasukan untuk melawan belanda. Semua rakyat rela ikut dengan Pangeran Diponegoro karena mereka tau tentang visi yang dibawa oleh sang Pangeran yakni menghentikan kesewenang-wenangan Belanda, agar rakyat bisa terbebas dari belenggu penjajahan. 

Padahal beberapa kali Pangeran Diponegoro ditawarkan harta dan tanah oleh Belanda agar menghentikan Perang, namun Pangeran tidak mau, karena melawan belanda bukan unutk menunjukkan bahwa dirinya hebat, bukan untuk mendapat keuntungan pribadi, akan tetapi  kebaikan dan kesejahteraan rakyat itu tujuannya.

Sebenarnya masa itu orang-orang di tanah jawa sedang mengalami krisis ekonomi, gagal panen, dan sejenisnya, tapi mengapa Pangeran tetap bertahan untuk melanjutkan peprangan ini? 

Dalam bukunya Peter Carey ia menuliskan 

"Tetapi pasti Diponegoro menyadari sepenuhnya, bahwa dia bukanlah yang akan menjadi pemimpin yang mampu mengusir Belanda dari Jawa. Sebaliknya, sang pangeran hanya akan menjadi penyebab timbulnya suatu masa penghancuran yang menyucikan. Perang Suci ini akan berlangsung untuk jangka waktu singkat saja, tapi akan menjadi pandahulu zaman pemerintahan yang benar dan adil.."

And thats infinite mindset. Jika saja mau, Pangeran bisa menghentikan peperangan ini, karena telah banyak jatuh korban dan memilih tawaran Belanda untuk hidup nyaman, tapi dimana pelajaran berharga yang akan di petik generasi selanjutnya jika Pangeran berhenti. Infinite game bukan hanya tentang bagaiman permainan saat ini, tapi agar generasi selanjutnya bisa ikut bermain dan memperbaiki next generation to next generation.

Contoh lainnya agar bisa lebih paham. Rasulullah Shallallahu 'alahi wa Sallam pernah berdakwah ke negri Tha'if, berharap ada yang mau mengikuti Islam, tapi apa yang terjadi? Penduduk Tha'if malah menyiksa beliau dengan melempari beliau dengan kerikil sepanjang jalan, lalu mengatai, menghina, dan mencela beliau dengan orang gila, tukang sihir, dan perkataan-perkataan buruk lainnya. Hingga ketika situasi sudah aman lalu rasul lanjut berjalan,  Allah mengutus malaikat penjaga gunung, dan malaikat itu mengatakan 

"Wahai Muhammad, itu sudah terjadi dan apa yang engkau kehendaki? Jika engkau menghendaki meratakan penduduk Thaif dengan gunung ini, tentu aku akan melakukannya" 

Lalu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam menjawab 

"Bahkan aku berharap kepada Allah Dia mengeluarkan dari kalangan mereka orang-orang menyembah Allah semata dan tidak menyekutukan sesuatu pun dengan-Nya"

Lagi-lagi ini adalah infinite mindset. 

Jika saja Rasulullah ingin mengakhiri semuanya saat itu, maka semua bisa selesai dan Rasulullah menang. Tapi menyampaikan Agama Allah  ini adalah sesuatu yang harus terus berlangsung. 

Rasulullah bersabda "aku berharap kepada Allah Dia mengeluarkan dari kalangan mereka..", Rasulullah berbicara tentang next generasi dari kalangan mereka yang berharap akan masuk islam, agar Islam ini bisa terus eksis dan tersebar terus ada sampai hari akhir. 

Beliau menyampaikan risalah Agama Allah bukan untuk memenangkan dirinya, tapi agar manusia bisa terus merasakan keindahan dari kebenaran Agama Allah yang beliau bawa, agar menusia semua bisa menang dalam kehidupan dunia dan akhirat, hingga tercipta ketenangan, dan bisa bersua di Syurga Allah. 

Semoga 2 contoh kisah ini bisa membuka sidikit wawasan kita. Jika kita melihat lebih dalam lagi sebenarnya banyak sekali infinite game di dunia ini, hanya saja mindset infinite itulah yang jarang ditemukan. 

Maka sekarang coba perhatikan aktivitas kita, mengapa kita melakukan hal tersebut? Apakah untuk sekedar  keuntungan pribadi ataukah untuk kebaikan yang bisa dirasakan oleh semua orang? Semakin besar visi kita, atau semakin mustahil terlihat karena targetnya besar sekali seperti seluruh orang di dunia, maka semakin besar infinite game ini akan terus berlangsung. 

Di manakah diri kita saat ini infinite or finite game?


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku Mau Hafal Al-Qur’an…

Agar Ilmu Menuntunku ke Surga

Muslim menyambut Ramadhan