Adab Menuntut Ilmu
Saintif.com |
“Aku telah mempelajari adab selama
30 tahun dan aku mempelajari ilmu hanya 20 tahun”
Dahulu para Salafussholeh
mempelajari adab terlebih dahulu karena adab adalah tata cara bagi mereka untuk
menjalani segala aspek kehidupan terutama dalam hal menuntut ilmu. Sama seperti
HP, televisi, mesin cuci, atau barang elektronik lainnya, mesti ada tata cara
penggunaannya baru kita bisa fungsikan dengan baik barang-barang tersebut, jika
alat berfungsi dengan baik maka kita akan merasa puas dan akan menjaga barang
tersebut bukan?.. Nah adab juga seperti itu, ia bagaikan tata cara untuk
melakukan sesuatu, sehingga sesuatu itu bisa mendatangkan kecintaan Allah
kepada kita, karena kita melakukannya sesuai dengan perintah-Nya.
Adapun dalam hal menuntut ilmu
mempunyai beberapa adab yakni :
1. Ikhlas.
Ilmu itu adalah
suatu ibadah, bahkan merupakan ibadah yang besar, hingga Allah sendiri
menyetarakannya dengan jihad. Sebagaimana
dalam QS. At-Taubah ayat 122 Allah berfirman :
“Tidak
sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak
pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam
pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya
apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”
karena ilmu adalah suatu ibadah
maka ia harus memenuhi dua syarat yakni IKHLAS dan Sesuai dengan SUNNAH Rasul. Adapun
bentuk-bentuk ikhlas :
1. Taqarrub
kepada Allah (mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala)
2. Meniatkan
untuk mengamalkan ilmu tersebut
3. Meniatkan
untuk mengajarkan ilmu itu kepada orang lain
Maka agar bentuk-bentuk ikhlas ini
dapat kita terapkan maka kita mesti banyak-banyak berdoa dan beribadah serta
memperkhusyu’ sholat-sholat kita sebagai bentuk Taqarrub kita kepada Allah. kemudian
ketika kita akan berangkat untuk menuntut ilmu, baik itu ke sekolah atau ke
kampus ataupun ke majelis-majelis ilmu lainnya maka berusahalah meniatkan bahwa
SAYA AKAN MENGAMALAKAN APA-APA YANG SAYA DENGAR NANTI DAN BERUSAHA MENYAMPAIKANNYA
KEPADA ORANG LAIN.
Ilmu yang telah kita dapatkan maka
harusnya diamalkan juga diajarkan kepada orang lain. Karena balasan orang yang
menunjukkan kebaikan adalah seperti orang yang mengerjakannya.
Sebagaimana Rasulullah bersabda “Barangsiapa
yang menunjukkan suatu kebaikan (kebaikan apapun besar atau kecil) maka
balasannya seperti orang yang mengerjakannya.” (HR. Al-Bazar, At-Tahbrani dalam
Al-Mu’jam Al-Kabir, dan At-Tirmidzi)
Maka seorang mukmin yang cerdas
adalah mereka yang selalu memikirkan peluang untuk mendapatkan pahala.
2. Mujahadah
Mengapa Mujahadah
(bersungguh-sungguh) ada dalam adab menutut ilmu? Karen ilmu memiliki nilai
yang sangat tinggi. Maka mustahil orang yang tidak bersungguh-sungguh bisa
mendapatkan nilai yang tinggi. Siapapun yang bersungguh-sungguh menuntut ilmu
maka Allah akan memudahkannya ke surga.
Mujahadah ini adalah yang
menentukan dalam atau tidaknya ilmu kita dan mujahadah itu lebih baik dari
orang cerdas sekalipun. Sebagaimana orang jepang, mereka itu memiliki tingkat
kecerdasan yang sama dengan orang-orang Indonesia kebanyakan, namun mengapa
mereka bisa membangaun Negara yang sangat maju? Itu karena mereka
bersungguh-sungguh dalam ketekunannya.
Setiap orang mestinya menyediakan
waktu untuk untuk belajar, yang dimana pada waktu itu jangan diganggu dengan
aktivitas lainnya keuali untuk sesuatu yang darurat. Dalam mujahadah selalu
memburuhkan pengorbanan, pengorbanan untuk melawan hawa nafsu dan godaan syaithan.
Kita semua tau bahwa ilmu yang baik itu adalah sesuatu yang mulia, maka untuk
sesuatu yang berbau mulia syaithan TIDAK AKAN TINGGAL DIAM. Syaithan akan
sekuat tenaga istiqomah membujuk dan merayu kita untuk bermalas-malasan dan
menimbulkan rasa bosan untuk menuntut ilmu. Jadi, jika kita tidak membentengi
diri dengan mujahadah maka gairah menuntut ilmu itu akan hilang dan dengan
mudah syaithan mengusai kita.
3. Sabar
Adab selanjutnya dalam menuntut
ilmu adalah sabar. Dalam memahami sebuah ilmu ada rentetan proses yang harus
kita resapi. Mulai dari mendengarkan materi, mencatat, mengulangi, menghafalkan
hingga mengamalkan suatu ilmu maka butuh SABAR didalamnya. Sebagaimana imam Bukhari,
sosok yang telah menghafalkan ribuan hadits Rasulullah, beliau menghabiskan
waktu dengan belajar sambil mendengarkan materi dari sang guru dan mencatat dan
langsung menghafalkannya, hingga jadilah ia seorang ulama yang sangat ahli
dalam hadits dan sangat dikenal oleh kaum muslimin dari generasi ke generasi. Apakah
imam Bukhari dengan serta merta bisa langsung menghapal ribuan hadits
sekaligus? Tidak saudaraku, namun butuh
bertahun-tahun lamanya melewati segala proses. Kesabaran untuk tekun dan
kesabaran untuk tidak bosan dalam menghafal ilmu menjadi kebiasaan untuk imam
Bukhari, sehingga dari kebiasaan menjadikannya suka untuk menghafal sehingga ia
pun terus menerus menghafal dan lebih mudah lagi menghafal.
Dalam menuntut ilmu maka selalu ada
guru yang senantiasa mendampingi murid-muridnya. Maka sebagai seorang penuntut
ilmu maka kitapun harus bersabar dalam menghadapi guru-guru kita. Mungkin tidak
sengaja ada ucapan dari guru kita yang kurang bagus, maka jangan kita melihat
dari segi retorika (cara berbahasa) mereka, maka fokuslah pada isi dari ceramah
guru-guru kita.
4. Menghargai
ilmu
Sekecil apapun
ilmu itu maka tidak boleh kita meremehkannya. Karena segala ilmu yang baik
terutama ilmu agama islam ini adalah datangnya dari Allah. sejauh mana kita
mengamalkan ilmu-ilmu itu dari Al-Qur’an dan As-Sunnah, maka begitulah
kehidupan kita di akhirat.
Salah satu bentuk
kita menghargai ilmu adalah kita menghargai guru kita orang yang menyampaikan
ilmu. Jangan suka kita menceritakan aibnya, dan tidak pantas kita
menyebar-nyebarkan kekurangnnya.
Komentar
Posting Komentar