Generasi-Generasi Rabbani




Sifat-sifat mereka begitu agung. Cinta mereka begitu besar kepada sang Khaliq, hingga mereka terus menjaga hubungannya dengan Allah. Cinta mereka begitu besar Hingga hati mereka begitu takut kepada-Nya Karena cinta jualah Bibir mereka basah mengucap puji akan kebesaran-Nya. Tak ada yang lebih indah untuk mereka melainkan sholat Walapun singkat..Namun itulah waktu  untuk menumpahkan cengkrama kepada yang dirindu, rindu yang teramat membuncah. Mereka bagaikan tembok yang kokoh terikat oleh balutan ukhuwah yang takkan mampu engkau sifati dengan kata-kata.
Yah tiga generasi terbaik. Para sahabat (berguru langsung dari Rasulullah), para Tabi’in (orang yang berguru dengan para sahabat), dan para Tabi’ut Tabi’in (orang yang berguru dengan para Tabi’in). merekalah generasi-generasi terbaik yang mencetak peradaban islam yang gemilang, disegani, dan terus maju tanpa kenal henti menumpas segala kema’siatan.
Ingin rasanya mencontoh mereka para generasi-generasi terbaik itu, yang sedikit tidur diwaktu malamnya, mereka terus saja bermunajat kepada Allah menangisi dosa-dosanya sambil terisak-isak oleh tumpahnya air mata.
Mereka begitu teguh berdiri dihadapanNya padahal hati mereka merendahkan diri padaNya mengaku hina dan lemah dihadapan sang Khaliq. Hingga aku pun cemburu akan kedekatan mereka kepada Sang Khaliq, Allah Ta’ala.
Keteguhan dan kekhusyukan mereka berdiri dihadapanNya melantunkan ayat-ayat suci KalamullahNya dengan tartil dan penuh penghayatan, menjadikan mata terpesona akan mereka. Hingga diantara mereka tumbang tak sadarkan diri tatkala membaca ayat ancaman dari Al-Qur’anul Karim, begitu teresapnya setiap ayat suci itu kedalam hati-hati mereka. Hingga setiap malam, mereka hidupkan berlembar-lembar Al-Qur’an yang tergambar jelas di dada pada sholat0sholat mereka.
Apakah mereka lelah?
Kukatakan padamu Tidak!!! Bahkan mereka akan merasa lebih lelah bila waktu malam itu tak dihabiskan dengan berdiri dihadapan sang Pencipta bermunajat padaNya dan memohon diampunkan dosa-dosa mereka.
Besarnya cinta mereka kepada Allah Ta’ala terbukti tatkala siang hari perang berkecamuk, peedang-pedang terangkat, segala kekuatan dikerahkan, karena cinta kepada Allah dan RasulNya, mereka terus saja maju tak memperdulikan nyawa mereka sendiri karena pilihan hanya dua, menang atau mati syahid. Mereka yakin dengan janji Allah tak ada keraguan dalam hati mereka akan segala perintah Allah dan RasulNya.
Hingga pelita yang terang berganti cahaya malam, dan mungkin perang akan berlanjut esok. Titik-titik bintang menghiasi langit yang kokoh. Tenda-tenda didirikan. Orang-orang kafir menikmati malamnya dengan kasur-kasur empuknya dan bantal yang melenakan dan musuh-musuh Allah dan RasulNya pun menghabiskan malam dengan pesta pora menghamburkan kekayaan dunia mereka, mengeyangkan perut-perut api yang ingin terus melahap, segala khamr menjadi penyejuk akal kotor mereka, akal yang selalu membuat makar untuk menghancurkan islam. Kesombongan, dan nafsu duniawi telah menemani mereka melewati malam hingga mereka lupa bahwa pedang masih akan terangkat esok hari.
Menghadapi generasi yang 180 derajat berbeda dengan orang-orang berakal kotor itu, apatah lagi cara mereka melewati malam. Mereka yang disebut  generasi terbaik, hanya tidur sejenak, lalu mengambil wudhu dan bersegera berdiri dihadapan Sang Khaliq. Layaknya batu karang yang kokoh namun hati mereka dipenuhi ketakutan akan siksa dan dosa yang melekat pada diri mereka.
Walaupun mereka begitu lelah disiang hari tatkala sang surya berbinar-binar dalam serunya peperangan, namun tatkal malam tiba mereka tak pula tertidur pulas sebagimana orang-orang yang lelah. Tapi mereka hanya tidur sejenak, hingga sholat mereka lebih pulas ketimbang tidur.
Cinta mereka kepada Allah dan RasulNya melebihi apapun. Seakan jasad mereka di dunia namun ruh dan hati mereka senantiasa berada di sisiNya. Mereka Ridha dengan segala yang Allah berikan kepada mereka, dan Allah pun Ridha dengan yang mereka lakukan.
Hingga sebelum pelita bersinar terang Allah mudahkan segala urusan mereka dan menaklukkan apa yang harus ditaklukkan.
Begitulah secuil kisah akan ketulusan cinta dari generasi terbaik yang menjadikan Allah dan RasulNya diatas segala-galanya…
Wassalam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku Mau Hafal Al-Qur’an…

Agar Ilmu Menuntunku ke Surga

Muslim menyambut Ramadhan